Tetap Kuat Demi Pesan Ibu

 Masa SMP saya dipenuhi oleh suka dan duka yang silih berganti. Ada kalanya hati terasa senang, namun tak jarang pula pikiran menjadi kacau karena berbagai hal yang terjadi. Setelah lulus SMP, saya mencoba mendaftar di salah satu SMA di Kabupaten Bulukumba. Sayangnya, hasil seleksi menyatakan bahwa saya tidak diterima. Keluarga kemudian menyarankan saya untuk melanjutkan sekolah di luar daerah. Atas ajakan paman yang tinggal di Makassar, saya pun memutuskan untuk mencoba peruntungan di sana. Alhamdulillah, saya diterima di salah satu SMA di Makassar.

Memasuki lingkungan sekolah yang baru di kota besar tentu sangat berbeda dengan suasana di daerah asal saya. Awalnya, saya merasa canggung dan harus berusaha keras untuk menyesuaikan diri. Lingkungan yang serba baru menuntut saya untuk belajar beradaptasi, baik dari segi pergaulan, kebiasaan, maupun cara belajar. Perlahan-lahan, saya mulai terbiasa dengan semua perbedaan itu.

Namun, ketika saya naik ke kelas dua SMA, sebuah kabar yang menyedihkan datang. Ibu saya mulai sakit-sakitan. Meskipun tinggal jauh di Makassar, saya selalu menyempatkan diri untuk pulang menjenguknya. Setelah kesehatannya membaik, barulah saya kembali ke sekolah. Perasaan lega itu sayangnya tidak bertahan lama. Beberapa waktu kemudian, saya kembali mendapat kabar bahwa sakit ibu semakin parah.

Saya memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Beberapa malam kami jalani di sana, penuh doa dan harapan agar ibu kembali sehat. Namun, takdir berkata lain. Ibu menghembuskan napas terakhirnya sambil memeluk saya dan adik. Kehilangan itu terasa begitu menyakitkan. Hati saya hancur, pikiran pun menjadi kacau, seolah tujuan hidup yang selama ini saya rencanakan menghilang begitu saja.

Sebelum meninggal, ibu berpesan agar saya menyelesaikan pendidikan dan menjadi orang sukses, karena keluarga kami hidup sederhana. Perjuangan ibu demi masa depan saya menjadi kekuatan baru yang membangkitkan semangat. Saya bertekad untuk melanjutkan sekolah SMA hingga tuntas, walaupun banyak rintangan yang menghadang.


Sejak kepergian ibu, saya memilih untuk meninggalkan rumah paman dan tinggal di kos sendiri. Hari-hari terasa sepi, penuh rasa kehilangan. Namun, saya tetap berusaha fokus pada sekolah. Beberapa kali saya hampir terjerumus ke pergaulan bebas, tetapi pesan ibu untuk tetap kuat dan sabar selalu terngiang di telinga. Itulah yang membuat saya bertahan.

Akhirnya, perjuangan itu membuahkan hasil. Meski harus melalui banyak ujian dan menahan rasa rindu yang dalam kepada ibu, saya berhasil lulus SMA. Bagi saya, keberhasilan ini adalah bentuk penghormatan untuk perjuangan dan cinta kasih seorang ibu yang tidak pernah padam, bahkan hingga akhir hayatnya.

Pesan moral : dari kisah ini adalah bahwa kehidupan tidak selalu berjalan mulus, dan kehilangan orang tercinta bisa menjadi pukulan berat. Namun, pesan dan doa mereka dapat menjadi kekuatan untuk tetap melangkah. Kesuksesan bukan hanya tentang meraih gelar atau pekerjaan, tetapi juga tentang menghargai perjuangan orang tua, menjaga prinsip, dan tidak menyerah meski dunia terasa berat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama